Senin, 11 Januari 2010

SEBUAH KILAS BALIK KELOMPOK TANI PERKASA


Dataran Tinggi Dieng dengan ketinggian rata-rata 2.000 mdpl adalah sebuah tempat yang sesuai untuk pengembangan pertanian. Pada era 80-an komoditas kentang menjadi primadona di kawasan ini. Jenis holtikultura ini mulai dikembangkan oleh para petani dari Jawa Barat. Melihat suatu kesempatan, penduduk di kawasan ini mulai banyak mengusahakan tanaman ini dengan mengikuti pola tanam yang dikembangkan oleh petani pendatang tersebut.
Seiring berjalannya waktu, usaha tani kentang mulai menurun produktifitasnya. Terhitung sejak era 90-an produksi kentang Dieng turun baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya. Belum lagi dengan semakin sulitnya penanganan hama dan penyakit tanaman. Hal ini tentunya berhubungan terbalik dengan banyaknya factor produksi yang diberikan ke tanah seperti pupuk dan lainnya.
Melihat kondisi tersebut ada beberapa petani yang mulai berpikir untuk mempertahankan produksi. Disimpulkan bahwa ada yang salah dengan pola tanam yang dilakukan selama ini. Diduga salah satu penyebabnya adalah pemberian pupuk organik yang belum matang yang dibarengi dengan penggunaan pestisida kimiawi yang tidak bijaksana. Hal ini menyebabkan tanah menjadi lelah. Mikroorganisme tanah yang berperan penting dalam mempertahankan kesuburan tanah ikut terbunuh. Selanjutnya yang terjadi adalah penurunan kesuburan tanah baik secara fisik, kimia maupun biologis.
Beberapa petani di Dieng Kulon mulai ada usaha untuk memanfaatkan teknologi mikroorganisme efektif pada tahun 2002. Dengan asumsi bahwa mikroorganisme tanah harus ditambahkan jumlahnya dan untuk mempercepat pelapukan bahan organic seperti pupuk kandang dengan cara fermentasi. Salah satu merk dagang yang dimanfaatkan adalah M-BIO produksi CV. Insan Lestari Tasikmalaya. Merk ini ternyata memiliki kelebihan yaitu dapat menanggulangi penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum) dan mempersingkat waktu pematanagan bahan organic yang akan digunakan sebagai pupuk.
Hal ini menyebabkan semakin banyak petani yang tertarik untuk memanfaatkan produk tersebut. Semakin banyaknya pengguna M-BIO mendorong beberapa petani untuk membentuk sebuah organisasi/kelompok yang akhirnya terbentuk pada tahun 2005 dengan nama Kelompok Tani PERKASA.
Seiring dengan terbentuknya kelompok, maka sering kedatangan tamu dari berbagai Lembaga-Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, masyarakat bahkan tamu dari luar Negeri. Photo di atas adalah diskusi Penyuluh Pertanian, masyarakat petani kentang dan Mahasiswa dari Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya yang dihadiri pula oleh Bpk Camat. Semoga dimasa yang akan datang kerjasama dengan berbagai pihak akan lebih baik untuk meningkatkan pembangunan pertanian pada umumnya, khususnya petani kentang di dataran tinggi Dieng.

RAHASIA KENTANG ORGANIK DIENG PLATO

Bibit-bibit kentang mas Bambang (kelompok Tani Perkasa)siap untuk di tanam dilahan organik.

Pupuk organik padat dan cair sudah siap untuk ditebar atau disemprotkan dengan Teknologi "MBIO PORASI"
Yang penting petani harus di ajarkan membuat pupuk organik padat dan cair secara mandiri.
Pupuk organik tersebut harus betul-betul matang dan dibuat dari limbah-limbah organik disekitar tanaman tersebut, walupun masih ada yang diambil dari luar.
"harus diingat pembuatan pupuk organik dan pengolahan lahan harus >>>> SEMPURNA*

Sebelum bibit ditanam celupkan dulu dengan cairan M-BIO untuk meminimalkan bakteri pembusuk dan meningkatkan bekerjanya hormon tumbuh yang terdapat dalam M-BIO.

Pemupukan kami masih menggunakan Urea 3 kuital, pospat alam 2 kuital dan seterusnya menggunkan pupuk organik padat dan di kocor dengan pupuk organik cair 200 ml perpohon kentang. Kami terus meminimalkan penggunaan pupuk "kimia" sesuai dengan semboyan kami "Pertanian Kami Selaras Alam", Bukan kami tidak bisa organik secara total, tetapi bahan baku pupuk organiknya belum mencucukupi. Nanti kalau konsumen sudah ada permintaannya dan diimbangi dengan harga jual yang menarik, kami siap organik total, yah harus saling menghargai jerih payah petani.

Hasil pemeriksaan laboratorium Nematologi menunjukan akibat pemberian jenis pestisida masih dibawah ambang batas dan ada yang tidal terdeksi residu pada kentang kami.


Produksi Kelompok Tani PERKASA berkisar 36 ton per ha sampai 50 ton per ha. dan PUNCAK TERTINGGI PRODUKSI TELAH MENCAPAI 52 TON PER HA. Alhamdulilah Tuhan masih membimbing kami untuk menuju organik.